Insitu Recordings

Explorasi

Resonance

Open Albums (Growing Playlists)

Insitu Sessions Volume 6

Compilation of works recorded at the August 19th 2018 Insitu Session at Pura Purusada in Desa Kapal, Kec. Mengwi, Kab. Badung, Bali.
The sixth volume in our Insitu Sessions series includes seven new works recorded in the shadows of Pura Purusada’s 14th century East-Javanese architectural features and a hundred-year-old Banyan tree that towers over its outermost courtyard. Highlights include Ni Made Ayu Dwi Sattvitri’s Ngimbang, wherein gender wayang players invert the register and contour of seed patterns by performing them on both sides of the instruments, and I Made Aristanaya’s rhythmic kaleidoscope Mata Kaki, an expansive study of temporality for small and large gongs that renders audible the potential for different perspectives to be (mis)aligned. Though I Putu Arya Deva Suryanegara’s intersecting explorations of communication, “O” and Zero Sympathy, are perhaps the most boundary-pushing on this volume, as they apply pressure to aesthetic and cultural boundaries simultaneously. The former combines bronze, bamboo, and iron instruments with 15+ kendang and a battery of special-ordered kulkul typically reserved for signaling community members, while the latter explores the interactive possibilities created when that wireless communication technology is subjected to amplified sympathetic resonance and feedback.
Imprint: Explorasi
Released: 2022/10/08
Length: 67 minutes

Associated Projects:

Track Details

1. Ngimbang
Ngimbang berarti seimbang yang dimana keseimbangan menjadi konsep dari karya ini. Karya ini menggunakan gender wayang sebagai media ungkap dan mengembangkan tekhnik bermain gender wayang yang berbeda dari sebelumnya.
Komposer: Ni Made Ayu Dwi Sattvitri (Sattvitri)
Instrumen: gender wayang
Musisi: I Gede Dhiyo Pranadhika Tanaya, I Putu Prakash Narendra Putra, Komang Mahendra Adi Putra, I Gede Putu Beni Kurniawan
2. Solar System
Solar System merupakan rangkaian kata dengan makna tata surya. Perjalanan kreativitas bermusik direfleksikan dengan pola sirkular dari sistem tersebut. Pembaharuan berlangsung secara berkesinambungan, tiada henti ketika kita memahami esensi ekspresif pada ruang kreatif. Kesamaan proses sirkulatif, yang lama telah memotivasi langkah berikutnya. Alhasil akan menuju pada masa depan yang gemilang atau kelam, dengan sistem yang baru, atau stagnan hingga rapuh termakan usia. Memanfaatkan materi musikal tradisi dengan diolah dan diekspresikan secara inkonvensional. Mengutamakan teks musik sebagai media komunikasi. Selamat menikmati alur musik yang tercipta.
Komposer: I Gede Putu Resky Gita Adhi Pratista (Resky)
Gender wayang: Putu Daniswara
Gender rambat saih lima: I Putu Agus Wahyu Budi Yasa, Gede Dhiyo Pranadhika Tanaya
Gender rambat saih pitu: Dewa Gede Rahma Adi Putra, I Made Winantara
3. Tingkah
Penuangan rasa musikal akan kelakuan pribadi tertuang dalam lantunan intuisi jalannya pikiran sesaat dan terlupakan. Tak kan terulang bahkan takkan kembali terulang lagi.
Komposer: I Gusti Nengah Hari Mahardika
Instrumen: reong, gangsa dan jublag semarandhana
Musisi: I Gusti Nengah Hari Mahardika dan I Putu Purwwangsa Nagara
4. 5.7
Merupakan seri lanjutan dari anomali sebelumnya yang tetap menggunakan rong tapi dalam komposisi ini merupakan seri yang paling besar dan menggunakan sebanyak 15 reong dimainkan oleh tujuh orang. Eksplorasi yang ditonjolkan dalam komposisi ini adalah pada instrumen klenang yang diposisikan di tengah, dimainkan sebagai ritme pokok dan ditambah permainan melodi pada reong yang lain yang dimainkan dalam polisi melingkar. Komposisi ini merupakan pengembangan dari komposisi anomali 5 bersama teman-teman di Vancouver.
Komposer: I Putu Gede Sukaryana
Musisi: I Putu Harys Arya Wibawa, I Kadek Wahyu Bhaskara Dewangga, I Made Bayu Puser Bhumi
I Nyoman Ganggas Randu Dananjaya, Ayu Dwi Sattvitri, I Wayan Rico Junaedi Putra, I Gede Ngurah Divo Setana
5. Mata Kaki
Mata kanan kiri. Mata kanan dan kiri terkadang sejalan, terkadang tidak. Memiliki sudut pandang masing-masing namun kuat dan tajam dalam pandangan.
Komposer: I Made Aristanaya (Aris)
Instrumen: gong wadong, gong lanang, gong semara pagulingan, tiga kajar, kajar trentengan, tawa-tawa 
Musisi: I Putu Rizky Mulyastra Nata Wijaya, Kadek Dikky Primantara, I Ketut Juliastra 
I Kadek Adi Partha Guna, Putu Wirahadi Putra, Putu Resya Adi Saputra, I Putu Eka Widyana Saputra, 
Gusti ngurah Alit Wira Suryana
6. “O”
“Bunyi kulkul secara sunah telah mengelilingi kehidupan di Bali.”
Karya musik “O” terinspirasi dari peristiwa komunikasi musikal yang ada di Bali, dan diinterpretasikan melalui komposisi musik baru pada gamelan. Karya ini melakukan pengolahan bunyi surround menggunakan instrumen kendang dan kulkul, serta mengaplikasikan sympathetic vibrations pada gamelan Bali.
Komposer: I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya)
Group: Sanggar Seni Naradha Gita #NAGi
Selonding: I Nyoman Gili Mahendra Putra (Gili), I Nyoman Tri Yoga Sedana Putra (Mang Yoga), Kadek Prema Nandayana (Prema), I Gusti Agung Bagus Tri Saputra (Wah Baguk), I Made Egar Switrama (Egar)
Gangsa slendro: I Putu Agus Awan Setiawan (Gus Awan), I Ketut Adnyana (Ketut), I Gede Galang Parwata (Galang), I Ketut Andre Aldi Wijaya (Andre)
Reyong slendro: I Made Mondana (Mon), I Gusti Nyoman Barga Sastrawadi (Barga), I Komang Alit Gautama Putra (Mang Gogo)
Cungklik gambang: I Made Putra Antara (Gogon), I Wayan Gede Asta Swarjaya (Yan De), I Made Agus Tara (Gus Tara), Nyoman Astadi Jaya Pramana (Mang Adi)
Kendang cedugan: I Gede Yogi Sukawiadnyana (Yogik), I Putu Dwi Adi Semara Jaya (Dwi), I Gede Endra Pratama (Endra), I Gede Mahendra Adi Putra (Mehendra), I Dewa Gede Karcana Subawa (Dewa), I Gusti Putu Agung Eka Wira Setiadi (Gung Lampung), I Putu Wira Andika (Wira), I Made Rai Purna Yasa (Dekno), I Komang Adi Muliawan (Ming Adi), Ida Bagus Putra Legawa (Gus Oman), I Putu Fecky Prasdiska (Fecky), I Nyoman Yudha Putra Widiantara (Yuda), Agus Jaya Widiana (Gus Jaya), I Made Julianta Putra (Putra), I Made Wira Putra (Wira Putra), I Kadek Dwiki Yunadika (Dwiki)
Kulkul: I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya), I Kadek Sumanjaya (Gus Blolot), Kadek Sandi Adnyana (Dek Sandi), I Nyoman Adi Saputra (Mang Adi Barong)
7. Zero Sympathy
Zero Sympathy merupakan salah satu bagian dari karya “O,” yang mengolah sympathetic resonance fenomena pada gamelan dan elektronik. Fenomena fisika ini dihasilkan oleh bunyi instrumen kulkul yang menghantarkan gelombang bunyi melalui molekul udara, sehingga itu dapat menggetarkan bilah pada instrumen gamelan yang memiliki frekuensi cukup dekat dengan bunyi kulkul. Sympathetic resonance ditangkap oleh sensor piezo yang ditempelkan pada bilah gamelan, lalu intensitas gelombang tersebut diperkuat menggunakan live feedback pada mixer untuk menghasilkan suara elektronik.  
Pada rekaman ini, bagian Zero Sympathy dipublikasi terpisah dengan karya “O”. Itu dikarenakan ingin mengembangkan teknik komposisi ini lebih jauh lagi, yakni tidak hanya dimainkan oleh satu orang musisi saja, namun juga melibatkan beberapa orang musisi lagi untuk turut memainkan instrumen kulkul.
Konsep: I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya)
Kulkul: I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya), I Gusti Nyoman Barga Sastrawadi (Barga), I Made Mondana (Mon), I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Amplified sympathetic resonance (mixer): Jonathan Adams

Special Thanks

Special thanks to Pura Purusada for allowing us record in their space.

Production Credits

Recording session coordinator(s): Ni Made Ayu Dwi Sattvitri (Sattvitri), I Putu Gede Sukaryana (Balot), I Made Aristanaya (Aris)
Recording date(s): 2018/08/19
Recording location(s): Pura Purusada, Kec. Mengwi, Desa Kapal, Kab. Badung
Audio recording: I Putu Gede Sukaryana (Balot), Jonathan Adams
Video recording: I Putu Sukaryana (Balot), Lisa Schlenker
Crew: Pande Kadek Ega Sasdicka (Dega), I Wayan Situbanda (Banda), I Wayan Ari Widyantara (Arik Pejeng)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams, Lisa Schlenker
Cover art: Jonathan Adams