1. Hoshi Wo Mite Nemurimasyo
Konsep karya ini adalah sebuah lagu yang biasa digunakan untuk pengantar tidur bayi. Musikal karya ini menggunakan rhythm 6/8. Itu merupakan sebuah rhythm yang banyak digunakan dalam musik-musik di Asia khususnya Jepang, namun rhythm itu tidak ditemukan dalam musik Bali. Jadi dalam karya ini ingin menggabungkan struktur musik Jepang dengan musik Bali.
Maksud karya ini sebagai sebuah embrio, atau sebuah percobaan pertama dari ide yang simple: membuat musik microtonal untuk instrumen-instrumen gamelan. Sebagai orang asing dengan telinga Barat, gamelan terdengar seperti memungkinkan banyak hasil apabila tangga nada dari barengan-barengan gamelan yang berbeda dapat digabungkan. Saya berusaha untuk menemukan nada-nada yang mirip pada beberapa macam gamelan dan mengorientasikan proses penciptaan pada nada-nada tersebut. Namun, intuisi akan mendominasikan pada akhirnya. Hasilnya mengingatkan saya dengan melarut dalam harmoni-harmoni yang berkabut dan tidak nyaman. Tiga musisi, tiga tangga nada, tiga bagian, tiga menit.
Terinspirasi dari tabuh Gambang Kuta karya I Wayan Lotring dan memanfaatkan perspektif musisi akan melodi pokok sebagai meter dalam mengawali studi polyritme.
Ganjur merupakan singkatan dari gangsa dan kenyur. Hal itu artinya penata ingin menuangkan konsep soft dari bunyi instrumen kenyur ke dalam instrumen gangsa.
Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan cara menghadapi aktivitas sehari-hari. Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas, emosi dan menyalahkan diri sendiri. Ketika mengalami depresi, suasana hati yang sedih bisa berlangsung lama atau bahkan bisa menjadi gila.
Karya ini memiliki konsep sebuah perjalanan panjang yang akhirnya kembali ke awal. Musik yang akan disajikan adalah penggabungan antara eksperimen-eksperimen yang dimulai 5tahun yang lalu dan berhasil digabung pada tahun ini.
Sebuah kota yg besar tentu menghasilkan banyak bunyi dan suara, dari suara hewan, suara kendaraan, suara manusia dan masih banyak lagi.. Logika kami berputar dan mengatakan, di tempat kecilpun terdapat bunyi, ditempat tersempitpun ada ruang, bahkan segerombolan semut yg tak terlihat dari kejauhan nyaris tak berbunyi, tetapi ketika kita berada dekat di dalamnya, semut banyak bunyi yg kita dengarkan, banyak hal yg kita bisa rasakan. Karya kami bertajuk Semut.
Karya ini terinspirasi dari langit biru. Di mana langit yang menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu luas. Begitu juga adanya siang dan malam, hujan dan panas, langit itu akan kembali biru. Dalam komposisi ini menggunakan pola-pola pukulan yang sedikit berbeda tapi tetap memacu pada keselarasan nada pada gender wayang.
Terima kasih kepada Sanggar Kembang Ceraki untuk ijin menggunakan tempat untuk rekaman.
Recording session coordinator(s): I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Recording date(s): 2017/04/30
Recording location(s): Sanggar Kembang Ceraki, Desa Beraban, Kab. Tabanan, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, Yan Priya Kumara Janardhana (Janu), I Putu Deva Arya Suryanegara (Arya), I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Video recording: Jonathan Adams, Yan Priya Kumara Janardhana (Janu), I Putu Deva Arya Suryanegara (Arya), I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Crew: I Gede Putu Resky Gita Adhi Pratista (Resky)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot), Yan Priya Kumara Janardhana (Janu)
Photography: Jonathan Adams
Cover art: Jonathan Adams