Benda yang mengeluarkan warna berbeda dalam waktu yang berbeda pula. Banyak sekali orang-orang yang masih belum mengerti tentang arti dari lampu tersebut. Dari ketiga warna dan ketiga posisi dari lampu tersebut merupakan sebuah jajaran yang perlu diulas karena setiap warna memiliki pengaruh yang sangat hebat bagi kelancaran arus lalu lintas. Pada kesempatan kali ini composer mencoba mengungkapkannya dalam sebuah karya musik yang mengambil ide dari traffic light dengan media ungkap reong.
Nafas dan roh merupakan inti dari sebuah kehidupan, terutama kehidupan manusia. Seiring berfungsinya kedua hal tersebut, maka akan ada banyak masalah dan pengaruh yang diperoleh. Sehingga karakter asli semakin terkikis. Fenomena tersebut sangat menginspirasi penata untuk merealisasikannya kedalam sebuah karya seni karawitan. Dibingkai dengan sebuah konsep “Nafas”, suatu wujud riil nafas yang terwujud dalam sebuah karya seni karawitan dan sarat akan roh yang terdapat di dalam diri penata dan musisi yang memainkan karya ini. Melalui media ungkap jegogan semara pagulingan, jublag semara pagulingan, dan pemade semara pagulingan, kiranya pendekatan karya dalam konteks konseptual dapat dicapai.
Gangguan persepsi namun sadar apa yang dilakukan dalam proses untuk sebuah jati diri. Perjalanan tahap awal sebagai pemula yang nantinya masih banyak kekurangan. Penata terinspirasi dari kesengajaan mengolah nada-nada yang tidak biasa didengar dengan pertimbangan elemen-elemen musik menjadi suatu karya musik baru dengan judul “HalusinasiKU”.
Ujan Memedi adalah sebuah istilah yang menyebutkan adanya fenomena alam yakni turunnya hujan disertai teriknya sinar matahari. Hujan ini sering tidak terdeteksi, sebab sinar matahari memanipulasi awan mendung. Alhasil manusia tidak dapat melakukan persiapan apapun sebelum hujan turun, Namun itu bagiku adalah alam sedang memainkan musik, ketika tetesan air hujan mengenai gamelanku. Tak berdaya, aku merelakan gamelanku basah kuyup bersama hujan. “Suara itu bangkitkan imajinasi musikku” (Terima kasih Tuhan).
Komposisi ini berawal dari sebuah ide yaitu dimainkan secara berbanyak atau kolosal. Klausal Organis terdiri dari dua kata yaitu, klausal yang berarti saling keterkaitan konsep atau permasalahan dan Organis/organic adalah sesuatu yang bisa diolah. Jadi, Klausal Organis ialah sesuatu yang diolah sesuai rasa dan akal dari composer dengan mengkaitkannya dengan konsep yang digunakan. Persepsi penggarap pada komposisi ini dituangkan kedalam suatu komposisi gending gender masal yang berjumlah tiga jaringan gender wayang, yang bernuansa tradisi dan beralih ke modern (kekinian).
Bagian ini bercerita tentang hubungan antara musisi, penari, dan penonton. Empat kajar diatur dalam sebuah lingkaran, masing-masing kajar memberikan metrik yang berbeda (11, 10, 7 dan 5 beats) ke empat kelompok reong atau trompong. Penari sebagai konduktor dan sound engineer. Di beberapa bagian, dia memberi isyarat agar musik bisa berubah. Di bagian lain, penari dipandu oleh musik, menemukan bagian dalam suara dengan bergerak melewatinya. Mikrofon binaural yang digunakan oleh penari, memungkinkan pendengar merasa menjadi bagian artistik. Penonton diajak untuk memahami gerakan penari hanya dengan mendengarkan, karena mendengar gerak melalui ruang lebih jelas dengan jenis rekaman ini. Beberapa instrumen mungkin kurang atau sama sekali tidak terdengar, tergantung jarak penari dengan sumber bunyi dan musisi. Setiap pertunjukan bervariasi, karena penari dapat dengan bebas mempengaruhi banyak aspek potongan itu. Setiap peserta harus memperhatikan yang lain untuk menyesuaikan bagiannya sendiri. Musisi, penari, dan pendengar menjadi satu.
Sebuah komposisi musik perkusi yang terinspirasi dari karya Rampak Djembe (Composer Hari Mahardika), dan terkonsep dari istilah Bali yaitu, NGATEP/RAKET (Bersamaan). Disini composer mencoba menuangkan ide musikalnya melalui media ungkap kendang Bali. Adapun instrument yang digunakan yaitu, kendang cedugan, kendang kerumpung, kendang cedut, kendang angklung dan instrument tambahan berupa kecek, dan gong pulu.
Dari telur, ulat, kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu. Begitu juga karya musik ini, idenya muncul dari proses kehidupan kupu-kupu yang biasa disebut dengan metamorfosis. Penata mencoba untuk membuat karya yang sederhana, dimana cara kerjanya sama seperti siklus kehidupan kupu-kupu tersebut. Dari yang terkecil menjadi yang sempurna. Dan juga kita harus sadar, sebelum menginjak yang sempurna, kita harus melalui proses-proses sebelumnya.
Recording session coordinator(s): Yan Priya Kumara Janardhana (Janu)
Recording date(s): 2017/02/12
Recording location(s): Tanah Lot, Desa Beraban, Tabanan, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Video recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Crew: Yan Priya Kumara Janardhana (Janu), I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams
Cover art: Jonathan Adams