Perjalanan dalam kehidupan kita di dunia tidak terlepas dari unsur dualisme. Hal tersebut membuat manusia tetap berpikir untuk memilih dan memilah setiap aspek yang mereka jalani dan alami. Manusia berpikiran untuk maju, dan tidak sedikit yang berpikir untuk mundur. Maju mundur menjadi kata kata yang familiar dan menjadi konsep serta sudut pandang yang menarik pada karya ini.
Karya ini di akan disajikan menggunakan instrumen reong gamelan pesel, 2 gong dan 3 kempul.
“Bebas Berpendapat” (free thought) di alam manusia, tidak ada batasnya dalam berpendapat. Tidak ada satu orang pun yang bisa melarang berpendapat karena berpendapat adalah salah satu hak untuk mengemukakan pendapat. dengan olahan pikiran, pendapat itu bisa terancang dan bisa terpapar sebagaimana yang diinginkan.
3. Abu Masuk Tanah (Heart’s Contents)
Old stone to new building, old timber to new fires,
Old fire to ashes, and ashes to the earth
Which is already flesh, fur and faeces,
Bone of man and beast, cornstalk and leaf
– excerpt from East Coker, by T.S. Eliot
Abu Masuk Tanah (Isi Hati), ditulis dengan banyak bantuan dari Isis Wolf-Light, dan tidak akan mungkin terjadi tanpa pemberian pinjaman, waktu, dan instrumen dari I Made Subandi.
Suatu fenomena astronomi yang terjadi apabila sebuah benda angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lainnya contoh gerhana bulan dan matahari. Fenomena ini terjadi di Bumi kita dengan lokasi-lokasi yang berbeda-beda. Dilihat dari proses terjadinya gerhana ini sangatlah unik, dari benda yang saling berjauhan sedikit demi sedikit mendekat dan akhirnya kedua benda tersebut menyatu membentuk suatu fenomena yang bernama gerhana. Dari melihat proses fenomena tersebut terinspirasi untuk menuangkannya ke dalam karya musik instrumental yang memakai empat tungguh gamelan semarandana dengan dua gangsa dan dua kantil. Maka dari itu terciptalah karya musik instrumental yang berjudul gerhana.
Terinspirasi dari sosok Karna dalam wiracarita Mahabharata, seorang dermawan murah hati yang menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria. Dan, kelebihannya tersebut mengantarnya menjadi seorang pemimpin pasukan korawa dalam medan perang Bharatayuda. “Antaka” yang berarti mati, mati demi kesejahteraan masyarakatnya setelah dia bingung beberapa saat akan posisinya. Membela adharma karena posisinya, atau rela mati untuk dharma. Dalam bahasa sanskerta, “KARNA” juga berarti telinga. Indra yang berfungsi untuk mendengar, salah satunya mendengar musik. Asimilasi kebudayaan yang ortodoks menjadikan fungsi KARNA/telinga itu seolah-olah ANTAKA/mati. Dominansi visual yang hiperbola dan juga politik musik yang angkuh, dalam karya ini berusaha diminimalisir untuk menemukan jawaban tentang esensi seni baleganjur sebagai musik/arsitektur bunyi yang masif.
Sebuah komposisi musik yang memakai media ungkap tingklik 7 nada, disusun dengan konsep musik minimalis. Teknik metingkadan pada instrumen Kuntung dalam gamelan jegog dipakai dalam pola permainannya dengan memainkan pola ritme yang sama dan akan menghasilkan jalinan ritme dengan bantuan metronome sebagai alat pemegang tempo yang diatur berbeda pada masing-masing pemainnya.
Ke “dik” merukan sebuah singkatan dari seke bedik. Seke bedik bisa diartikan sebuah group yang beranggotakan sedikit orang. Namun seke bedik bisa juga berarti tahap demi tahap. Kata “Ke” bisa berarti mrnuju dan “Dik” juga merupakan nama kecil panggilan komposer di lingkungan tempat tinggalnya. Pada karya ini komposer ingin mencari sebuah jati diri dalam konteks berkesenian khususnya pada musik tradisi atau dunia Gamelan. ketiga arti tersebut mewakili penggarap untuk merealisasikan imajinasi yang diungkapkan melalui media 2 tungguh rindik.
Merupakan sebuah singkatan dari “Suksma dan Terima Kasih” kedua kata ini memiliki arti yang sama, hanya saja lain bahasa saja. Dalam hidup ini, pastilah tidak terlepas dari kata “bersyukur” atas apa yang telah kita lakukan, baik itu yang dilakukan sendiri maupun dari bantuan dari orang lain. Namun, kita sebagai makluk sosisal, yang hidup dalam bermasyarakat pastinya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, yang bersifat tolong menolong antar sesama, yang bertujuan untuk mempererat hubungan persudaraan. Dan setelah kita selesai melakukan sesuatu atas bantuan orang lain, pastilah kita tidak lupa mengucapkan kata “Suksma dan Terima Kasih” kepada orang yang telah bersedia membantu kita, mengucapkan kata “suksma dan terima kasih” bertujuan untuk menghaturkan puji syukur atas proses maupun hasil yang telah di raih dalam suatu pekerjaan. Dalam hidup saya, mengucapkankan kata “Suksma dan Terima Kasih” sudah menjadi hal yang wajib bagi saya setelah menerima bantuan dari orang lain, maka dari itu, dari kata “ Suksma dan Terima kasih” ini saya mencoba menuangkannya kedalam bentuk lagu yang bersifat tradisi melalui instrument gamelan slonding yang saya coba menggunakan nada-nada yang saya bayangkan mellow, halus, dan ceria. Dan dari lagu ini saya tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang bersedia membantu saya dalam mewujudkan lagu ini, dari orang saya meminta bantuan untuk meminjam instrument gamelan slondingnya, teman-teman pendukung yang bersedia meluangkan waktunya untuk ikut berproses mewujudkan lagu, dan tidak lupa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang serta memberi kuasanya dalam segala sesuatu yang saya inginkan bisa tercapai.
Ketidak tahuan sering kali memberikan berbagai tafsir. Tafsir tersebut menjadikan dilema antara asal dan asal-asalan. Siapa yang tahu? Biarlah hati nurani ini memberikan makna.
Berawal dari sebuah proses yang dimana proses tersebut bertujuan untuk mewujudkan suatu impian yang diinginkan. Selama berproses banyak masalah yang terjadi selama proses itu berlangsung, dari masalah tersebut maka diperlukan adanya diskusi untuk mencari solusi untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang terjadi dalam suatu proses tersebut. Dalam diskusi tersebut banyak topik yang dibahas terkait dengan masalah yang terjadi di dalam proses tersebut dan pada akhirnya nemu titik akhir dari hasil diskusi yang menjadi solusi dari permasalahan yang terjadi. Setelah mendapatkan solusi dari masalah dalam proses itu, maka terjadi suatu pengalihan pembicaraan-pembicaraan menjadi suatu perbincangan dengan banyak topik yang dibicarakan namun tujuannya bukan untuk menyelesaikan masalah lagi, melainkan topik itu hanyalah sebatas pembicaraan semata atau omong kosong yang tidak ada arah dan tujuan yang pasti. Dari pembicaraan semata atau omong kosong yang tidak ada arah dan tujuan yang pasti tersebut komposer terinspirai untuk membuat suatu karya musik dimana musik tersebut terdapat banyak pola yang dimainkan namun isiannya kosong seperti halnya orang yang bercengkrama dengan banyak topik namun di dalamnya hanyalah omong kosong. Dari ide tersebut komposer mencoba menuangkan ide tersebut ke dalam sebuah barungan suling dengan penataan seperti layaknya orang berbicara silih berganti yang tidak ada tujuan yang pasti yang diberi judul “BERCENGKRAMA”
Terima kasih kepada pemilik Batuan Resto I Ketut Arsana untuk ijin menggunakan tempat untuk rekaman.
Recording session coordinator(s): I Komang Pasek Wijaya (Pasex)
Recording date(s): 2016/12/11
Recording location(s): Batuan Resto, Desa Batuan, Kab. Gianyar, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Video recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Crew: Yan Priya Kumara Janardhana (Janu), I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya), I Komang Winantara (Mangwin), I Putu Ayong Crisnanda Wahyu Kusuma
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams
Cover art: Jonathan Adams