Mencari kesempurnaan sangatlah perlu pemikiran yang diulang dan berulang – ulang untuk mencapai titik yang diinginkan. Dalam mencari kesempurnaan tidak cukup hanya memakai satu pikiran, namun memerlukan pikiran yang “berbeda” dengan tujuan yang sama. Pemikiran yang berbeda – beda yang tidak teratur namun memiliki arah yang sama dan menemukan titik yang sama. Bagaikan cangkang yang susah dipecahkan karena dislimuti serabut. “KAU” dihasratkan sebagai ungkapan kemelut sebuah pemikiran yang diselimuti kegelisahan tanpa ujung pangkal.
Benih adalah awal, kecil, polos, sederhana sifat benih yang masih awam akan sekitarnya. Sesuatu yang maha besar berawal dari sebuah benih yang mikro. Instant bukanlah sifat sebuah benih. Perlu proses, perlu perjuangan untuk menggapai kasta tertinggi. Biarkan benih tumbuh dengan sendirinya, biarkan benih tumbuh mencari jati dirinya. Seiring berjalannya waktu benih akan tumbuh menjadi rimba, cita benih yang sesungguhnya. Maafkanlah benih kecil dengan angan yang tinggi ini.
Reong adalah alat musik perkusi yang ada hampir di setiap barungan gamelan Bali. Berbentuk pencon (gong) terlihat begitu unik dan menarik. Dengan konsep eksplorasi, reong coba digarap berbeda dengan biasanya yaitu dengan menggabungkan reong Gong Kebyar dan Angklung. Dengan mengatur posisi reong berbentuk X. Benturan antara nada dari kedua reong tersebut menjadi ketertarikan akan perpaduan dalam komposisi ini.
Apa yang ada di dalam pikiran anda tentang kata “lapas”? Menakutkan? Mungkin dengan keadaan lapas pada akhir-akhir ini mengalami kerusuhan, dan sampai adanya korban jiwa membuat anda takut dengan hal itu. Lapas dulunya dikenal dengan sebutan “penjara”, memiliki penghuni warga binaan yang sebelumnya pernah melakukan perbuatan melanggar undang-undang negara. Maka tidak heran bila lapas sering mengalami keributan yang anarkis. Akan tetapi dibalik semua itu, lapas merupakan sebuah tempat yang memiliki keamaan begitu ketat untuk membuat warga binaan merasa nyaman diam di dalam lapas walaupun pada saat anarki terjadi. Dengan adanya fenomena tersebut, komposer berkeinginan mentransfer keadaan tersebut ke dalam komposisi musik baru pada gamelan Gambang. Dalam karya ini memiliki rasa musikal yang agresif, serta mencoba melanggar tradisi dari musikal gamelan Gambang. Musik ini memiliki rasa yang cenderung tidak nyaman dari kebiasaan tradisi, tetapi dibalik itu terdapat juga kenyamanan dari pengaturan komposisi, ritme, dinamika dari musik ini. Dengan mengolah berbagai unsur-unsur musik, maka terciptalah karya musik baru yang berjudul “Lapas Anarki”.
Tiga bagian yang unsur pembentukanya sama dimainkan dengan skala (bpm) yang berbeda. Komposisi musik ini dimainkan oleh 3 orang musisi yang memainkan Bungbung Gebyog dan menggunakan Metronome dalam permainan skala yang berbeda.
Secara umum suara berasal dari mahluk hidup dan bunyi berasal dari dua benda yang saling berbenturan. Manusia memiliki otak yang berfungsi untuk berfikir, memikirkan segala kegiatan dalam menjalani hidup. Salah satunya dalam proses manusia mengeluarkan suara, yang berasal dari getaran didalam resonator/krongkongan yang dikeluarkan melalui mulut. Dewasa ini manusia seperti melupakan proses terjadinya suara, otak tidak lagi digunakan dalam proses tersebut, suara hanya dikeluarkan begitu saja tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Sifat seperti ini, sama halnya dengan proses terjadinya bunyi pada benda, dimana hanya dipukul secara asal-asalan lalu mengeluarkan bunyi.
Teknologi dunia akan semakin terus berkembang yang nantinya berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia khususnya para remaja zaman sekarang dan lingkungannya. Kebiasaan yang dulunya belum mengenal teknologi seperti handphone, laptop, dan lainnya mereka biasanya masih melakukan permainan tradisional. Berbeda dengan saat ini hampir semua remaja bahkan kalangan usia lainnya masing masing memegang satu telepon canggih bahkan lebih. Ketergantungan pada teknologi akan menghambat pekerjaan yang semestinya dilakukan serta berdampak negatif bagi kesehatan yaitu melemahkan fungsi otak. Dari fenomena tersebut merangsang penata untuk merealisasikannya kedalam bentuk karya musik dengan media ungkap empat buah kantilan dari gamelan Semar Pagulingan saih pitu. Penata menggunakan teknik polyrhythm (beberapa ritme yang dilakukan bersamaan) yang nantinya saling ketergantungan antara pola satu dengan lainnya serta mengolah unsur melodi, tempo, nada, ritme, dan dinamika yang disusun menjadi sebuah karya musik dengan judul “DEPENDENSI”.
9. Tak Sependek Pikiranmu
Terinspirasi dari ekosistem musik di daerahku. Loyalitas dan totalitas yg telah dilakukan, sangat paradoks dengan situasi kini. Dia/mereka selalu ada ketika memerlukan kurcaci sepertiku. Bahkan sabotase pun terjadi. Mengasumsikan seni sebagai ajang kompetisi untuk mencari pencitraan belaka. Tapi, teruslah seperti itu, nafasmu tidak akan lebih panjang dari durasi karya yang tak sependek jalan pikiranmu.
Jalan melalui Desa Lodtunduh menjadi berantakan/rusak sekarang. Konstruksi hotel, saluran air baru, musim hujan dan tahun tentang kelalaian semuanya bersekongkol untuk membuat jalan dan kerikil menjadi berbahaya. Ditambah dari kunjungan wisatawan di musim ramai dan adrenalin anda mulai terpompa menjadi tegang, membuat anda merasa mendapat pengalaman yang lebih hidup. Bagian ini ditulis mendorong untuk semua orang yang melalui jalan yang kacau sehari-hari. Waktu saya di Brooklyn NY kalau saya naik mobil dijalan, saya akan blasting some 70s classic rock riffs untuk melewatinya. Di album ini, saya menawarkan lagu itu dengan gamelan, rock progresif pada instrumen logam untuk menghindari lubang di jalan dan bus pariwisata. Mengemudi secepat yang anda bisa, tapi hanya 3 kilometer per jam disebelum mati!
Terima kasih kepada Pande Sida Karya untuk ijin menggunakan tempat untuk rekaman.
Recording session coordinator(s): Pande Sida Karya, Desa Blahbatuh, Kab. Gianyar, Bali
Recording date(s): 2016/06/07
Recording location(s): Pande Sida Karya, Desa Blahbatuh, Kab. Gianyar, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Video recording: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Crew: Yan Priya Kumara Janardhana (Janu)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams
Cover art: Jonathan Adams