Jamberana merupakan sebuah garapan musik yang menggambarkan hutan. Kata Jamberana juga merupakan cikal bakal nama Kabupaten Jembrana.
Eksplorasi dengan beberapa instrumen pada gamelan Jegog, untuk membuat sebuah komposisi musik yang dimainkan dengan tempo berbeda menggunakan metronome. 40 bpm, 50 bpm, 100 bpm, dan 120 bpm akan mewujudkannya sebagai ketidakberaturan musik yang teratur.
Karya musik pembukaan untuk sebuah pementasan gamelan Jegog yang bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bentuk dari tabuh Teruntuungan tradisi dikembangkan kembali dengan memperbanyak pengolahan ritme dan dinamika sehingga terbentuklah karya Teruntuungan ini pada tahun 2015.
Sapuan garis tunggal yang digambar pada selembar kain kanvas semuanya terlihat sama. Namun jika dilakukan dengan menggunakan perpaduan warna akan menciptakan efek yang indah yang memberikan identitas unik pada setiap goresan dan menghasilkan bentuk minimalis yang lebih besar. Komposisi ini terinspirasi dari lukisan karya I Kadek Parnata yang pertama kali dipentaskan pada perayaan Hari Ulang Tahun Seni Sana Sini tahun 2016.
Munyin Tiying merupakan gambaran suasana alam hutan yang kian jarang kita jumpai di era modern ini. Munyin yang artinya Bunyi, Tiying merupakan Bambu, jadi Munyin Tiying merupakan riah riuh suara pohon bambu yang goyang karena tertiup oleh desirnya angin yang terjadi pantulan-pantulan pohon bambu dari bambu satu dengan pohon bambu lainnya, maka memunculkan ragam bunyi dan ritme alam yang menarik dan mengagumkan. Fenomena ini menjadikan inspirasi yang akan diimplementasikan pada komposisi Jegog Kreasi ini. Penafsiran elemen musik seperti ritme, melodi, tempo, dan dinamika dicurahkan penuh dari segala gambaran situasi suasana fenomena diatas.
Sebuah komposisi yang dimainkan dengan tingkatan yang beraturan. Mulai dari penggunaan oktaf, nada, dan ritme dari satuan terkecil hingga terbesar (pernah dipentaskan dalam Pertunjukan Kesenian Inovatif PKB Tahun 2015).
Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem perairan sawah, yang di gunakan untuk bercocok tanam padi di Bali. Guna tercapainya tujuan irigasi, yaitu sampainya air ke pekarangan tanaman, maka dikembangkanlah fasilitas jaringan irigasi. TALIKUNDA atau yang sering disebut dengan Saluran Cacing adalah sebuah saluran yang sengaja dibuat oleh petani guna untuk mengalirkan air dari celabah atau sungai ke setiap petak – petak sawah . Setiap petak sawah memiliki beberapa saluran yang menghubungkan ke petak sawah lainnya. Debit air yang mengalir dari celabah ke setiap petak sawah tersebut, kadang deras dan kadang pelan, mengalir begitu saja dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah hingga kembali ke celabah yang lain, dengan suara gemercikan air yang indah. Dari hal tersebut menginspirasi penata dalam membuat sebuah garapan tabuh jegog yang berjudul TALIKUNDA dengan melody, ritme yang mengalir begitu saja tanpa ada sebuah pengulangan dalam setiap bagiannya tempo yang cepat, keras yang mencirikan karakteristik tabuh jegog Jembrana.
Sebuah kalimat akan memberikan kesan dan makna berbeda jika diberikan penekanan pada setiap katanya, begitu juga dengan “kalimat” pada musik dalam komposisi ini.
Terinspirasi dari tabuh truntungan kuno,yang memiliki ciri khas yang sangat kental, baik dari segi komposisi maupun gaya pukulan yang dipakai, dari hal tersebut penata mencoba mentransformsikan kedalam garapan tabuh truntungan baru yang simple dengan permainan melodi, tempo dan ritme, namun tetap berpatokan kepada komposisi dan gaya pukulan tabuh truntungan terdahulu.
Recording date(s): 2017/12/23
Recording location(s): Desa Tegalcangkring, Kabupaten Jembrana, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot), I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya), Zachary Hejny
Video recording: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams, Daniel Martin
Cover art: Jonathan Adams