Insitu Recordings

Explorasi

Resonance

Open Albums (Growing Playlists)

Insitu Sessions Volume 2

Kompilasi dari semua karya yang dilakukan di Insitu Session kuartalan pada 28 Agustus 2016 di SMK 3 Sukawati, Desa Batubulan, Kab. Gianyar.
Volume kedua dalam seri ongoing Insitu Sessions kami ini mencakup delapan karya baru untuk gamelan. Ini berkisar dari soundscapes yang terus berubah dari Dwi Samatra Lingga karya I Made Subandi hingga Muka Kacau yang terinspirasi rock Evan O’Donnell yang berbasis di New York. Seluruh volume direkam di sekolah seni pertunjukan SMK 3 (KOKAR) Sukawati di Desa Batubulan, yang telah memainkan peran penting dalam membentuk musik gamelan di pulau itu sejak pertama kali didirikan pada tahun 1960 dan memberikan suasana pada video. Sorotan termasuk Wawu Uning karya I Wayan Srutha Wiguna, terinspirasi oleh anak-anak menerbangkan layang-layang di senja hari, dan Konstelasi dari I Putu Suwarsa, dilakukan oleh tiga bersaudara yang menunjukkan keahlian kooperatif bermain gamelan Bali.
Juga tersedia dalam CD dan DVD di lokasi tertentu. Hubungi kami untuk detailnya.
Imprint: Explorasi
Released: 2017/01/07
Length: 52 menit

Track Details

1. Dwi Samatra Lingga
Dwi Samatra Lingga, kruna lingga sane mawit saking kalih kruna lingga. Kruna sane lingganyane mesaih (mesib) lan kruna lingga sane kawangun antuk kruna kalih soroh sane sumaih (mesib).
Kurang lebih seperti itulah antara saling menjauh dan dijauhkan bahkan ditiadakan, akan tidak bernilai dan tidak memiliki makna. Ibarat Dewa Dewi ketika dijauhkan kekuatanya untuk menganugrahi alam jagat raya ini. Begitu juga karya Inovatif Dwi Samatra Lingga ini, apabila kalimat lagunya akan diulang atau dijawab dengan jawaban dari pertanyaan tersebut, misalnya kecah-kecuh, delak-delik, dengak-dengok, kecag-kecog. Kecah tidak berarti kalau tidak ada kecuh dan seterusnya.
Terinspirasi baik-buruk, keras-lembut, kasar-halus, karya ini akan bermakna dan memiliki nilai lebih, bila bersatu padu saling melengkapi dan saling memberi ruang dan waktu.
Komposer: I Made Subandi (Subandi)
Musisi: Ni Made Ayu Dwi Sattvitri, I Made Putra Amertadana, I Gusti Agung Kresna Bayu Kepakisan, Kadek Candy Cintya Dewi, Gusti Putu Ngurah Prakrti Mahendra, Putu Ariana Putra, Kadek Wahyu Pracipta
2. Wawu Uning
Garapan ini terinspirasi dari tingkah laku sekelompok anak yang baru mengenal kehidupan sekitarnya, seperti bermain layangan dan waktu petang (sandikala). Pada mitologi umat hindu, Sandikala adalah masa dimana Bhuta Kala mulai melakukan aktivitasnya. Pada suatu hari mereka mencoba membuat layangan dan menerbangkannya, saking asiknya bermain mereka sampai lupa bahwa hari mulai gelap (sandikala).
Komposer: I Wayan Srutha Wiguna (Srutha)
Ensemble: Semar Pegulingan
Kantilan: Pande Nyoman Alit Yuliantara, Made Asta Sidhi Dadri
Pemade: I Made Yama Sudarma Putra, I Wayan Srutha Wiguna
Jublag: Nyoman Abiseka Pradipa, I Putu Budi Satya Kusuma
3. Muka Kacau
Muka Kacau adalah eksperimen singkat yang terinspirasi dari post-rock dan kontemporer metal. Tiga bagian dari bagian ini masing-masing didasarkan pada riff, serangkaian harmoni vertikal yang diregangkan, dan suara improvisasi. Saya merasa bahwa nada dan timbre dari instrumen perunggu akan sangat cocok untuk harmoni bertumpuk, menciptakan efek seperti jurang yang bergolak yang sering diperjuangkan dalam beberapa genre heavy metal. Saya juga tertarik pada gagasan untuk menerjemahkan pemetikan tremelo menjadi sepasang gangsa, memanfaatkan pola yang saling terkait untuk memperdalam turbulensi. Akhirnya, seperti cara band punk atau indie-rock mengakhiri lagu dengan dinding yang bising, saya pikir akan menyenangkan untuk meminta kelompok kebyar untuk memainkan instrumen mereka secara acak selama bagian terakhir dan melihat bagaimana hasilnya. menerjemahkan. Judul Muka Kacau mengacu pada penggunaan kekacauan terkontrol dalam karya ini, dan juga dari okultisme heavy metal. Saya suka gagasan jatuh melalui sumur suara yang tak berdasar dan tiba-tiba bertemu, langsung, wajah kekacauan itu sendiri. Jika gamelan dapat digunakan untuk menenangkan para dewa dan setan dari dunia gaib Bali, mengapa gamelan-metal tidak berbicara dengan dunia bawah Eropa kuno dengan cara tertentu? Menurut Saya tampaknya cocok, dan terlebih lagi, alami dan tak terelakkan. Jika para musisi berbicara lintas budaya, kekuatan unsur dan entitas di balik setiap tradisi mungkin sudah berdialog, suka atau tidak suka…
Komposer: Evan O'Donnell
Grup: Naradha Gita - #NAGi
Ceng-Ceng: I Gede Hery Sudarma (Gedu)
Kempli: I Wayan Gede Purwa Adikara (Yande)
Kantilan: I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya), A. A. Mahendra Putra (Gustu)
Pemade: I Made Agus Tara (Gustara), I Made Mondana (Mon)
Jublag: I Made Putra Antara (Gogon), I Made Dwika Putra Sanjaya (De Sabar)
Gong: Evan O'Donnell
4. Kurakurakurakuraan
Fragmen dari pekerjaan yang sedang berjalan.
Komposer: Zachary Hejny (Zach)
Musisi: I Putu Suwandika (Wawan), I Putu Arya Deva Suryanegara (Arya)
5. Resonator Manusia
Resonator Manusia berlandaskan dari karya yang pertama (Bunyi Manusia), bahwa antara bunyi dengan suara memiliki pengertian yang berbeda. Ketika hasil pola pikir manusia ditransfer ke dalam media ungkap berupa suling, manusia telah menyambung krongkongan dengan resonator pada suling dan manusia telah memberikan nyawa pada suling dengan mengalirkan hembusan nafas ke resonator suling, sehingga suling dapat mewakili pola pikir manusia yang ingin diungkapkan dan disampaikan.
Komposer: I Komang Pasek Wijaya (Pasex)
Suling: Pande Ega Sasdicka, Kadek Agus Pusaka Adi Putra, I Made Prayoga Adi Astawa, I Kadek Ananta Kusuma, I Putu Suardana, I Ketut Darmayasa
6. Bangsing
Lurus untuk mendapatkan sesuatu, mendapatkan sesuatu adalah keinginan, keinginan adalah motivasi hidup, hidup adalah perjalanan. Rasakan dan nikmati hidup ini.
Komposer: I Kadek Tunas Sanjaya (Emon)
Ensemble: Gender Jawa
Musisi: I Putu Purwwangsa Nagara (Wawan), I Made Winantara (Boy), Putu Redyan (Redyan), I Kadek Tunas Sanjaya (Emon)
7. 4 M
4 M sebenarnya singkatan dari “4 Man” atau 4 orang pemain. Ide dari garapan ini ialah 4 M juga (merepat, mekilit, meimpas, mepiteh). Dimana penata mencoba menginterpretasikan ide tersebut ke dalam sebuah karya melalui pikiran dan akalnya sesuai dengan selera dan kemampuan yang dimilikinya. Tidak ada kesan manis, melainkan menampilkan kerumitan yang teratur.
Komposer: I Putu Purwwangsa Nagara (Wawan)
Musisi: Kadek Agus Pusaka Adi Putra (Saka), I Komang Gede Adi Surya Wibawa (Blolot), I Made Winantara (Boy), I Putu Purwwangsa Nagara (Wawan)
8. Konstelasi
Dengarlah yang patut didengar. Lihatlah yang patut dilihat. Konstelasi adalah sebuah refleksi imajinasi musikal. Tidak ada yang tidak mungkin, dengarlah yang aku lihat.
Komposer: I Putu Suwarsa (Bayem)
Tingklik: Komang Tirta (Komang)
Gender Rambat Saih 7: I Kadek Tunas Sanjaya (Emon)
Petuduh Selonding: Putu Suwarsa (Bayem)

Production Credits

Recording session coordinator(s): Yan Priya Kumara Janardhana (Janu)
Recording date(s): 2016/08/28
Recording location(s): SMK 3 Sukawati, Desa Batubulan, Kab. Gianyar, Bali
Audio recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Video recording: Jonathan Adams, I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Crew: Yan Priya Kumara Janardhana (Janu)
Audio mixing: Jonathan Adams
Audio mastering: Jonathan Adams
Video editing: I Putu Gede Sukaryana (Balot)
Photography: Jonathan Adams
Cover art: Jonathan Adams