Garapan ini terinspirasi dari tingkah laku sekelompok anak yang baru mengenal kehidupan sekitarnya, seperti bermain layangan dan waktu petang (sandikala). Pada mitologi umat hindu, Sandikala adalah masa dimana Bhuta Kala mulai melakukan aktivitasnya. Pada suatu hari mereka mencoba membuat layangan dan menerbangkannya, saking asiknya bermain mereka sampai lupa bahwa hari mulai gelap (sandikala).
Muka Kacau adalah eksperimen singkat yang terinspirasi dari post-rock dan kontemporer metal. Tiga bagian dari bagian ini masing-masing didasarkan pada riff, serangkaian harmoni vertikal yang diregangkan, dan suara improvisasi. Saya merasa bahwa nada dan timbre dari instrumen perunggu akan sangat cocok untuk harmoni bertumpuk, menciptakan efek seperti jurang yang bergolak yang sering diperjuangkan dalam beberapa genre heavy metal. Saya juga tertarik pada gagasan untuk menerjemahkan pemetikan tremelo menjadi sepasang gangsa, memanfaatkan pola yang saling terkait untuk memperdalam turbulensi. Akhirnya, seperti cara band punk atau indie-rock mengakhiri lagu dengan dinding yang bising, saya pikir akan menyenangkan untuk meminta kelompok kebyar untuk memainkan instrumen mereka secara acak selama bagian terakhir dan melihat bagaimana hasilnya. menerjemahkan. Judul Muka Kacau mengacu pada penggunaan kekacauan terkontrol dalam karya ini, dan juga dari okultisme heavy metal. Saya suka gagasan jatuh melalui sumur suara yang tak berdasar dan tiba-tiba bertemu, langsung, wajah kekacauan itu sendiri. Jika gamelan dapat digunakan untuk menenangkan para dewa dan setan dari dunia gaib Bali, mengapa gamelan-metal tidak berbicara dengan dunia bawah Eropa kuno dengan cara tertentu? Menurut Saya tampaknya cocok, dan terlebih lagi, alami dan tak terelakkan. Jika para musisi berbicara lintas budaya, kekuatan unsur dan entitas di balik setiap tradisi mungkin sudah berdialog, suka atau tidak suka…
Resonator Manusia berlandaskan dari karya yang pertama (Bunyi Manusia), bahwa antara bunyi dengan suara memiliki pengertian yang berbeda. Ketika hasil pola pikir manusia ditransfer ke dalam media ungkap berupa suling, manusia telah menyambung krongkongan dengan resonator pada suling dan manusia telah memberikan nyawa pada suling dengan mengalirkan hembusan nafas ke resonator suling, sehingga suling dapat mewakili pola pikir manusia yang ingin diungkapkan dan disampaikan.
Lurus untuk mendapatkan sesuatu, mendapatkan sesuatu adalah keinginan, keinginan adalah motivasi hidup, hidup adalah perjalanan. Rasakan dan nikmati hidup ini.
Recording location(s): SMK 3 Sukawati, Desa Batubulan, Kab. Gianyar, Bali