From Issue 1
About Issue 1
Insitu Recordings
English
We have hit the ground running in the premiere issue of the Insitu Recordings Magazine. Contributors to ISSUE 1 share their unique perspectives resulting in a collection of writing as diverse as the musical world it describes. The issue pays homage to time-honored traditions alongside newer forms and delves into gamelan-related activity from Indonesia, Southeast Asia and North America.
I Putu Arya Deva Suryanegara tracks down a recent history of gamelan selonding, detailing how it has changed from an ensemble with specific ritual functions primarily in eastern Balinese villages to one of the latest trends on the island (Selonding: Nafas dan Kehidupan Baru), we hear from three generations of Balinese musicians, I Wayan Sinti, I Made Arnawa, and Putu Tiodore Adi Bawa, who offer their takes on the five most important gong kebyar pieces of the last century (Top 5 Pilihan Gong Kebyar), and Michael Tenzer, composer and author of the most authoritative text on gong kebyar music, details 14 of his favorite works for the ensemble (Pilihan Terbaik Gong Kebyar). Insitu Recordings also had the privilege to interview I Made Arnawa in which he chronicles his transformation from a young farmer in Tabanan to an internationally acclaimed composer of new and traditional music (Cerita Kehidupan: Wawancara Bersama I Made Arnawa).
Readers may learn about new gamelan ensembles in my piece about I Wayan Arik Wirawan and Gamelan Pesel (Versatility as Innovation: Getting to Know Gamelan Pesel) and Andrew McGraw’s review of the debut album from Vancouver’s Gamelan Bike-Bike (Album Review: Hi-Ten), take a journey to a fictional island off the coast of Kalimantan in a review of Taikuh Jikang’s album Umi To Yoru (Imagined Traditions: Taikuh Jikang and Kohey Kawamura by Justin Devries), explore the world of homemade synthesizers in an interview with Jogja’s leading noise musician, Lintang Raditya (Java-Noise: An Interview with Lintang Raditya by Danny Martin), and find a broader perspective about fringe musical communities in Southeast Asia with George Rahi (Book Review: Not Your World Music: Noise in Southeast Asia).
We are grateful to all the authors for their contributions and hope the magazine will support our goal of fostering new connections between artists within and beyond the gamelan world.
Bahasa
ISSUE 1 ini, kami sangat beruntung mendapatkan beberapa kontributor yang telah menyumbangkan pemikiran, pengetahuan, dan pengalamannya sehingga majalah ini bisa terwujud.
Dengan kerja keras dan kesabaran, majalah ini berhasil mengumpulkan informasi tentang inovasi di dalam dunia gamelan termasuk ansambel baru bernama Gamelan Pesel yang dibuat oleh seniman muda I Wayan Arik Wirawan (Versatility As Inovation: Gamelan Pesel oleh Zachary Hejny) dan perjalanan keseniman dari salah satu seniman senior yang bersahaja (Cerita Kehidupan: Wawancara Bersama I Made Arnawa). Selain itu, ada persepektif karya-karya gong kebyar dari para seniman lintas generasi yang sangat bervariasi seperti I Wayan Sinti, I Made Arnawa dan Putu Tiodore Adi Bawa (Top 5 Pilihan Gong Kebyar), termasuk seniman asing yang sudah menjadi bagian dari gong kebyar bernama Michael Tenzer. Dia menguraikan empat belas tabuh favoritnya di gong kebyar dari tahun 1925-2005 (Pilihan Terbaik Gong Kebyar).
Gamelan saat ini tidak hanya menginspirasi musik baru di Bali saja, tetapi sudah tersebar ke berbagai negara seperti yang mengilhami terciptanya Taikuh Jikang di Jepang dan Gamelan Bike-Bike di Kanada. Itu jelas dalam artikel oleh Justin Devries (Imagined Traditions: Taikuh Jikang and Kohey Kawamura) dan review album Hi-Ten oleh Andrew McGraw (Album Review: Hi-Ten – Gamelan Bike-Bike). Tidak saja gamelan, namun ada juga musik jenis lain berkembang di kawasan Asia Tenggara yang patut kita ketahui, seperti musik-musik noise yang tumbuh subur di Indonesia (Book Review: Not Your World Music: Noise in Southeast Asia oleh George Rahi). Hal itu dikuatkan lagi dalam wawancara bersama salah satu artis noise yang menceritakan tentang kolaborasinya dengan Insitu Recordings di Pande Sida Karya (Java-Noise: An Interview with Lintang Raditya oleh Danny Martin). Tidak lagi ada batas yang memisahkan sekarang, semua koneksi terhubung oleh nafas dan celah-celah baru yang diciptakan oleh ruang dan waktu, seperti cerita menyebarnya selonding di Bali akhir-akhir ini oleh I Putu Arya Deva Suryanegara (Selonding: Nafas dan Kehidupan Baru).
Patut kita memberikan apresiasi kepada kontributor atas apa yang telah disumbangkan terhadap majalah ini dengan harapan bisa lebih mendekatkan orang-orang yang berbeda umur, tempat dan ide sehingga bisa menjalin hubungan satu dengan yang lain.
Insitu Recordings